Mengapa Beberapa Lautan Hijau dan Lainnya Biru?

Lautan biru. Lautan hijau. Air minum yang bening tanpa warna. Sebenarnya, apa warna air? Jawaban yang mengejutkan adalah: Air murni itu biru. Tetapi karena sangat sedikit air dalam segelas air, warnanya terlalu samar untuk dilihat. Isilah bangunan kaca bening dengan air yang sama, dan kita akan melihat nuansa biru yang sebenarnya.
Warna terutama tergantung pada bagaimana molekul air menye-rap dan memantulkan cahaya. Cahaya putih, seperti sinar mata-hari, terdiri dari pelangi warna yang disebut spektrum. Molekul air men ye rap sebagian besar bagian merah sampai hijau pada spektrum yang bergerak melewatinya. Bagian biru dipantulkan kembali. Jadi kita melihat biru.
Tetapi tidak semua air berwarna sama. Jauh di tengah samudera, airnya biru tua, hampir ungu.
Namun dekat daratan sepanjang garis pantai nuansa warna air berkisar dari biru, hijau, sampai hijau kekuningan. Mengapa ada perbedaan itu? Jawabannya berhubungan dengan apa yang mengambang di air dan sedalam apa air itu.
Dekat pantai, air laut dipenuhi dengan tumbuhan kecil dan serpiban materi organik yang terhanyut dari daratan. Seperti tum-buhan bijau di darat, tumbuhan mini ini, yang disebut fito-plankton, mengandung zat kimia yang disebut klorofil. Klorofil menyerap sebagian besar cahaya merah dan biru, dan terutama me-mantulkan hijau. Jadi air beberapa laut dekat pantai tampak hijau.
Dilihat dari angkasa luar, warna lautan, seperti warna daratan, menunjukkan di mana kehidupan di Bumi paling padat. Perairan hijau seperti hutan hujan tropis di benua, penuh dengan kehi­dupan. Air biru tua, dengan sedikit kehidupan, mirip dengan padang gurun putih yang kosong di benua.
Cara air dan material yang mengambang di dalamnya me­nyerap cahaya juga mengubah warna di bawah air. Bayangkan kamu sedang mengemudi kapal selam kuning. Dekat permukaan air, kapal selammu sepenuhnya kuning. Namun semakin dalam kamu menyelam, cahaya harus melewati semakin banyak air sebelum mengenai kapalmu. Pada saat kapal selammu berada 30meter di bawah permukaan, sebagian besar kuning, oranye, dan merah di sinar matahari yang menembus lautan telah diserap oleh lolekul air. Yang tersisa kebanyakan cahaya biru dan hijau. Jadi ukannya kuning, kapal selammu tampak biru kehijauan. lenyelam lebih dalam lagi, dan sebagian besar hijau juga lenyap, ,anya menyisakan cahaya biru redup.
Air laut yang keruh air yang mengandung lebih banyak naterial mengambang di dalamnya menyerap lebih banyak cahaya iaripada air jernih. Jadi air keruh lebih cepat menjadi gelap saat tamu turun makin dalam. Selengkapnya...

Apakah per jalanan menembus waktu dimungkinkan? Jika ya, bagaimana?

Walaupun mungkin kamu tidak akan pernah dapat membeli mesin waktu, sejenis perjalanan menembus waktu ke masa depan secara teknis tidak mustahil. Itu melibatkan bergerak dengan kecepatan yang luar biasa cepat kenyataannya, mendekati 300.000 km per detik (dengan kecepatan itu, kamu dapat berkeliling dunia beberapa kali dalam sekejap mata).
300.000 km per detik adalah kecepatan cahaya dan tampaknya itu batas kecepatan yang sudah ada dari awalnya di alam semesta. Apa yang menarik adalah, saat kamu mendekati kecepatan cahaya, waktu mulai melambat.
Ahli-ahli fisika senang berteori mengenai apa yang akan terjadi pada dua anak kembar satu pergi dengan pesawat antariksa yang melaju kencang, yang lain tetap tinggal di bumi. Kisah itu, yang mengambil latar belakang di masa depan yang jauh, mungkin seperti ini:
Beth dan Bob adalah anak kembar, keduanya berumur 30 tahun: Beth adalah astronot; Bob seorang wartawan. Beth baru saja men­dapat kesempatan sekali seumur hidup: Ia akan menjadi anggota awak pesawat pertama yang akan mengunjungi tata surya lain. Bob akan meliput kisah itu untuk surat kabarnya.
Bintang dan planet-planetnya itu berjarak 96 trilyun km, atau Saat fcomu mgn_
10 tahun cahaya. (Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun sekitar 9,6 trilyun km.)
Pesawat Beth akan melaju dengan kecepatan 90 persen kecepatan cahaya. Jadi, dihitung dari sini di Bumi, dibutuhkan waktu lebih dari 22 tahun untuk tiba ke bintang itu dan kembali. Saat tahun-tahun itu berlalu, wartawan Bob menikah, bertambah gemuk 5 kilogram, membesarkan dua anak, dan beberapa rambutnya mulai beruban.
Tetapi bagi astronot Beth, kisahnya berbeda. Saat pesawatnya melaju tanpa suara melintasi ruang angkasa dengan kecepatan luar biasa, jam di dalam pesawat bergerak lebih lambat dibandingkan di rumah. Namun jam itu tidak perlu dicocokkan. Waktu sendiri memang melambat bagi pesawat dan awaknya.
Namun, tidak ada yang terasa berbeda. Satu menu rasanya seperti satu mernt, bukan satu jam. Tetapi dengan berlalunya setiap menit, Beth dan yang lain semakin tidak selaras dengan waktu di umi.
Setelah misi yang sukses, awak kembali ke Bumi. Saat mereka lendekati tata surya kita, jam kapal menunjukkan hampir 10 ihun telah berlalu. Beth merayakan ulang tahunnya yang ke 40 tat pesawat melewati Pluto.
Baik Beth dan Bob tahu bahwa efek pelambatan waktu akan xjadi. Tetapi mereka masih terkejut ketika bertemu kembali. eth berumur 40 tahun, tetapi Bob 52 tahun. Si kembar sama sekali dak tampak sama lagi. Bob melihat perjalanan antariksa sebagai mata air awet muda, dan merasa tertinggal. Beth mengalami kebingungan: 22 tahun telah berlalu, dan ia tiba di dunia yang berbeda. Dengan kata lain, ia telah bepergian 12 tahun ke masa depan.
Gagasan perjalanan menem­bus waktu ini didasarkan pada Teori Khusus Relativitas dari Albert Einstein, yang menjelas-kan bagaimana waktu, jarak, dan massa dipengaruhi oleh gerak. Perjalanan yang dilakukan dengan kecepatan yang lebih dekat lagi dengan kecepatan cahaya akan mendorong sang pengelana lebih jauh lagi ke masa depan katakanlah satu abad. Walaupun mungkin ada masalah-masalah yang tidak terpecahkan dalam membangun pesawat secepat itu, kka sudah melihat efek waktu, bahkan pada kecepatan yang jauh lebih rendah. Jam yang sangat akurat dibawa dengan pesawat terbang supersonik concord melambat sepersekian detik.
Dalam Teori Umum Relativitasnya, Einstein meramalkan bahwa peningkatan gravitasi juga memperlambat waktu. Jadi beberapa orang berspekulasi bahwa kita dapat menggunakan struktur alamiah alam semesta dengan gravitasinya yang sangat besar seperti lubang hitam untuk melontarkan seorang pengelana ke masa lalunya sendiri.

Apa yang terjadi pada sebuah benda apabila itu mendekati kecepatan cahaya?
Batas kecepatan di kebanyakan jalan raya AS adalah 55 sampai 65 mil (sekitar 90 sampai 105 km) per jam. Walaupun tidak ada rambu yang dipasang, sepertinya juga ada batas kecepatan di ruang hampa antariksa 1.077.600.000 km per jam.
Itu adalah kecepatan cahaya. Hmuwan biasanya mengukurnya memakai detik. Cahaya bergerak 300.000 km per detik. Cahaya terbuat dari foton-foton dan itulah yang melesat dengan kece­patan yang tidak terbayangkan itu.
Walaupun para ilmuwan menyebut foton "partikel," sebenar-nya itu adalah partikel yang sangat unik. Foton tidak memiliki massa diam, jadi mereka tidak memiliki bobot dalam pemahaman biasa. Sukar untuk membayangkan sesuatu yang energi murni dan tidak memiliki substansi adalah nyata, tetapi begxtulah foton.
Menarik untuk membandingkan kecepatan foton dengan benda biasa yang kita sebut cepat.
Ambillah penjelajah angkasa Pioneer misalnya. Ketika mening-galkan tata surya dalam perjalanannya menempuh jarak panjang yang gelap antar bintang-bintang, Pioneer melaju sekitar 60 km per detik. Tidak jelek: Pioneer bisa menempuh jarak dari New York ke San Fransisco dalam waktu sekitar satu setengah menit. Tetapi dibandingkan dengan foton yang 300.000 km per detik, Pioneer bisa disebut merayap juga belum.
Atau bayangkan kemegahan Matahari. Bahkan saat kamu mem-baca ini, matahari kita, Bumi, dan delapan planet lain di tata surya kita berputar di galaksi Bima Sakti seperti kuda di komedi putar, dengan kecepatan sekitar 250 km per detik, atau 900.000 km per jam. (Dan kita tidak merasa apa-apa!) Meski begitu, bahkan kece­patan luar biasa itu masih jauh dari 1 persen kecepatan cahaya.
Tetapi hal aneh terjadi apabila benda-benda biasa benar-benar bisa demikian cepat. Saat sebuah benda mendekati kecepatan cahaya, pengamat di luar akan melihat panjang dan massa benda berubah. Bahkan waktu mulai berubah.
Sebuah pesawat antariksa yang melesat dengan kecepatan 270.000 km per detik (sekitar 90 persen

lebih dari tiga kali lebih berat. Sekali lagi, tidak seorang pun di dalam pesawat menyadari adanya perbedaan. Saat kecepatan me-ningkat, begitu juga massa—sampai pada kecepatan cahaya, massa menjadi besar tidak terbatas. (Ilmuwan mengetahui efek ini nyata, karena mereka telah mengamati massa partikel elementer mening-kat saat mereka memaksanya makin cepat dan makin cepat dalam akselerator.) '
Akhirnya, ada efek yang sama anehnya pada waktu. Jika mereka dapat dengan suatu cara melihat jam di pesawat, pengamat di luar akan melihat jam melambat. Tetapi dari dalam pesawat, waktu sepertinya berlalu normal. Pada kecepatan cahaya, pengamat dari luar akan melihat jam di pesawat diam sama sekali. Selengkapnya...

Tumbuhan Sebagai Indikator

Di dunia ini sebenarnya tersedia banyak sekali indikator asam basa. Baik masih berupa tanaman, ataupun telah dalam bentuk olahan manusia. Indikator asam basa yang masih berupa tanaman misalnya telah disebutkan dalam sub-bab sebelumnya yakni hydrangea. Namun tumbuhan lain pun dapat menjadi indikator keasaman suatu tanah. Jika suatu daerah tanahnya terlalu asam atau terlalu basa maka tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut menjadi kerdil, bahkan tidak ada tanaman yang bisa hidup di tanah tersebut.
Tanaman-tanaman yang kami gunakan sebagai indikator, terkadang, bahkan seringkali diabaikan kita. Padahal tanaman-tanaman tersebut selain sebagai tanaman hias, makanan ternak, atau sebagai sayuran, memiliki manfaat lain yang belum diketahui banyak orang.
Seperti bunga terompet biru yang biasa terdapat di tepi jalan, pekarangan, lapangan, tepi sawah, bahkan di tepi got/saluran air yang sering diabaikan, diinjak-injak, atau dijadikan pakan ternak ternyata bermanfaat bunganya untuk dijadikan indikator asam basa. Baik berupa cairan maupun dalam bentuk kertas lakmus.
Namun tidak semua bunga dapat dijadikan indikator. Hanya bunga-bunga tertentu yang dapat dijadikan indikator. Selain itu ekstrak bunga yang bisa dijadikan indikator pun tidak semuanya bisa dijadikan bahan kertas lakmus. Hanya yang memiliki keawetan warna yang cukup saja yang bisa dijadikan kertas lakmus.
Indikator lakmus yang biasa dijumpai di laboratorium pun sebenarnya terbuat dari kertas yang direndam dalam ekstrak lumut kerak atau lichenes. Namun untuk menguji suatu zat yang asam dan basa dibutuhkan 2 jenis kertas lakmus; lakmus biru dan lakmus merah. Sedangkan kertas lakmus sederhana buatan kami memiliki keunggulan yang tidak dimiliki kertas lakmus biasa, karena lakmus dari ekstrak bunga terompet ungu kami bersifat universal atau dapat bereaksi baik dengan asam maupun basa.

Pengenalan Indikator
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam atau basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya murah.

Beberapa jenis tanaman dapat dijadikan sebagai indikator. Seperti yang kami gunakan pada karya ilmiah remaja ini. Ada pula tanaman bunga yang menjadi indikator keasam basaan tanah tempat ia ditanam. Yaitu bunga hydrangea atau lebih dikenal dengan nama bunga panca warna. Bunga hydrangea ini akan berwarna biru jika ditanam di tanah yang terlalu asam.
Namun bukan bunga hydrangea yang kami gunakan sebagai indikator alami. Melainkan bunga dan tanaman yang sudah kita kenal akrab, yaitu :

1) Bunga Terompet Biru
Bunga terompet biru yang berwarna ungu kebiruan ini termasuk dalam famili Solanaceae (terong-terongan). Bunga ini berbentuk seperti terompet, berwarna ungu kebiruan, buahnya yang kering jika dikenai air selama beberapa detik akan pecah/meledak seperti petasan namun tidaklah berbahaya karena ukurannya kecil (1cm-2,5 cm).

2) Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
Bunga sepatu memang sudah dikenal dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Bunga sepatu atau nama ilmiahnya Hibiscus rosa-sinensis termasuk dalam famili Malvaceae atau kapas-kapasan bermanfaat sebagai tanaman hias, bahan campuran kosmetik (sabun), dan sebagai indikator. Bunga sepatu ini memiliki banyak varietas warna dan bentuk. Namun biasanya yang digunakan untuk indikator adalah yang berwana merah.


3) Bunga Suring
Tanaman yang daunnya di beberapa daerah seperti Puworejo, Kebumen, Pati, dsb ini dijadikan sayuran lezat, ternyata bunganya pun bermanfaat sebagi indikator asam basa. Tanaman ini masih berkerabat jauh dengan bunga matahari dan bunga krisan yang termasuk famili Compositae. Bunga suring pun memiliki beberapa varietas dan jenis yang bermacam-macam, ada yang bunganya berwarna kuning, oranye, dan pink keunguan. Namun yang kami gunakan untuk indikator adalah yang berwarna oranye.

4) Bunga Terompet Ungu
Bunga ini sekilas mirip dengan bunga terompet biru. Namun jika lebih diperhatikan, warnanya lebih ungu daripada bunga terompet biru. Apalagi jika kita melihat bentuk tanamannya, baik batang maupun daunnya sangat berbeda. Jika bunga terompet biru daunnya membulat ujungnya, maka daun bunga terompet ungu ini berbentuk oval dengan ujung daun meruncing, bunga terompet biru batangnya tidak terlalu tinggi sedangkan bunga terompet ungu batangnya tinggi. Tetapi bunga ini masih termasuk famili Solanaceae.

5) Bunga Canna sanseviera
Bunga yang sering kita jumpai di tepi-tepi jalan sebagai penghias tepi jalan ini dapat pula dijadikan indikator asam basa. Bunga yang berwarna merah ini termasuk dalam famili Cannae atau tasbih-tasbihan.

6) Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa L)
Bunga yang termasuk dalam famili Nyctaginaceae ini termasuk tanaman multifungsi. Manfaatnya yaitu sebagai obat tradisional, terutama batang, akar, daun, dan bijinya. Akan tetapi kami menemukan manfaat lain dari tanaman ini, yaitu bunganya dapat dijadikan indikator asam basa.



7) Bunga Pacar Cina
Bunga ini biasa kita temui di pinggir-pinggir kebun, tepi jalan, atau di depan rumah kita. Tanaman ini bunganya berbentuk seperti bunga anggrek, warnanya bermacam-macam; ada yang oranye, merah, ungu, pink, putih, dll. Daunnya biasa dijadikan cat kuku dengan cara ditumbuk lalu dibubuhkan pada kuku. Buahnya berbentuk oval dan berisi biji-biji kecil yang coklat bila sudah tua. Tanaman ini termasuk dalam famili Balsaminaceae. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai indikator adalah daunnya karena bunganya tidak dapat digunakan.

Demikianlah tanaman-tanaman yang kami gunakan sebagai indikator alami. Selain tanaman-tanaman di atas, kami pun mencoba menggunakan bunga yang sejenis dengan bunga sepatu namun kelopaknya berduri. Tanaman ini tidak kami jelaskan karena cukup sulit dijumpai dan kebetulan ada di sekitar kami. Selengkapnya...

Asam dan Basa Dalam Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari, asam dan basa sangat berperan penting dalam kehidupan kita. Benda-benda di sekitar kita, bahan-bahan makanan, bahkan dalam tubuh kita sendiri mengandung asam dan basa.
Benda-benda di sekitar kita yang bersifat asam misalnya; cuka sebagai bahan pengawet dan pelezat makanan, pupuk untuk menyuburkan tanah tempat tumbuhnya tanaman, bahan baku baterai, air accu untuk sumber energi listrik dalam mobil kita, dan masih banyak lagi. Bahan makanan yang bersifat asam misalnya; buah-buahan sebagai sumber vitamin, asam jawa untuk pelezat masakan, belimbing wuluh untuk obat dan pelezat masakan, teh yang bermanfaat bagi kesehatan kita, teh rosela untuk obat, dsb.
Dalam tubuh kita pun terdapat asam, seperti asam lambung untuk mencerna makanan, asam laktat sebagai zat sisa yang dikeluarkan tubuh melalui keringat, beberapa jenis darah putih dalam tubuh kita yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh dari serangan kuman dan bibit penyakit, dll.
Sedangkan benda-benda di sekitar kita yang bersifat basa misalnya segala jenis sabun, detergen untuk membersihkan dan mencuci pakaian kita, pembersih lantai, pembersih kaca, semen sebagai bahan baku bangunan, baking soda untuk pengembang roti, kapur untuk penetralisir tanah yang terlalu asam, obat sakit maag yang mengandung basa alumunium hidroksida untuk mengurangi produksi jumlah asam lambung yang berlebihan dalam lambung kita, dan masih banyak lagi. Selain itu darah merah dan beberapa jenis darah putih dalam tubuh kita pun bersifat basa.

Bahaya Asam dan Basa
Selain bermanfaat, asam dan basa pun memiliki bahaya tertentu. Jika asam atau basa yang terlalu kuat mengenai kulit kita, maka kulit kita akan terluka bakar. Hal ini dikarenakan asam dan basa yang kuat memiliki sifat korosif atau merusak kulit.
Biasanya setelah mencuci baju, tangan kita menjadi kasar dan kulitnya mengelupas. Itu disebabkan karena detergen yang dipakai termasuk dalam basa kuat. Maka kita harus pintar memilih detergen agar jangan sampai memilih detergen yang sifat basanya kuat karena dapat merusak kulit.
Sifat korosif basa dapat kita jumpai pada tangan-tangan para pekerja kuli bangunan yang selalu berinteraksi dengan semen dan kapur yang merupakan basa kuat. Akibatnya, tangan mereka menjadi kasar karena terkorosif oleh semen dan kapur.
Selain basa, asam pun dapat bersifat korosif. Contohnya pada hujan asam yang dapat merusak bangunan, membunuh makhluk hidup yang hidup di sungai, dan merusak hutan. Asam pada hujan asam ini pun termasuk asam berbahaya dan bersifat merusak. Oleh karena itu kita harus menjaga lingkungan kita dari limbah-limbah berbahaya yang dapat memicu terjadinya hujan asam.
Selain hal yang telah disebutkan di atas, dalam sistem pencernaan tubuh kita pun jika ada asam yang tidak bisa dicerna oleh lambung maka akan menyebabkan produksi asam lambung (HCl) yang berlebihan sehingga menyebabkan kita menderita sakit maag. Obat yang dibutuhkan untuk mengatasi sakit maag tersebut adalah obat yang mengandung basa dan dapat menetralisir kelebihan produksi asam lambung (tablet antasid). Selengkapnya...

Manfaat Algae


Manfaat ganggang atau algae banyak sekali, baik manfaat bagi organisme lain, ekosistem, maupun manusia sebagai makhluk yang banyak sekali memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di dunia ini.
Ganggang sebagai organisme protista fotosintetik merupakan penyusun utama fitoplankton di perairan tawar maupun laut, di mana fitoplankton merupakan sumber makanan utama bagi ikan dan hewan-hewan invertebrata lain yang hidup di perairan tersebut. Ini adalah salah satu manfaat ganggang bagi makhluk hidup lain selain manusia. Manfaat lain misalnya sebagai organisme simbion bagi organisme lain seperti pada lichen, yaitu hasil simbiosis jamur dengan ganggang hijau, di mana ganggang hijau berperan sebagai penghasil zat organik yang dimanfaatkan jamur simbion ganggang tersebut untuk makanannya. Sedangkan manfaat dari lichen (simbiosis ganggang dengan jamur) ini pun banyak sekali, misalnya untuk bahan pembuat obat, sebagai bahan penambah rasa dan aroma makanan, sebagai bahan pewarna kertas pH atau kertas lakmus, sebagai organisme perintis, dan sebagai indikator pencemaran udara.
Bagi ekosistem atau lingkungan, ganggang berperan terutama sebagai komponen produsen, juga sebagai konsumen (dalam hal ini sebagai makhluk parasitik) dalam ekosistem air tawar dan air laut. Selain itu ganggang juga berperan sebagai penghasil oksigen pada air yang dapat dimanfaatkan ikan dan hewan lain untuk bernafas, sebagai tempat hidup dan penyedia makanan bagi ikan maupun hewan lain.
Bagi manusia sebagai makhluk tercerdas dibanding makhluk lain yang ada di bumi ini, ganggang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia yang tak terhitung jumlahnya. Ganggang pun tak hanya sebagai pemenuh kebutuhan pangan saja, akan tetapi berkembang menjadi bahan pemenuh kebutuhan kesehatan, bermacam industri serta kemajuan ilmu pengetahuan. Berikut ini dijelaskan berbagai manfaat ganggang bagi manusia dalam berbagai bidang atau aspek kehidupan.

Di Bidang Pangan
Di bidang pangan, ganggang memegang peranan yang cukup besar. Kandungan gizinya yang tinggi dan rasanya yang khas membuat ia menjadi makanan favorit di berbagai negara, seperti Korea, Jepang, China, dan juga Irlandia. Contohnya adalah kombu, yaitu ganggang cokelat spesies Laminaria japonica yang banyak dikonsumsi orang di negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok, Korea, dan Jepang. Di Jepang, kombu dipakai dalam masakan Jepang sebagai bahan dasar kaldu yang disebut dashi, dimasak bersama sayur-sayuran dan daging, atau diproses menjadi makanan olahan sebagai lauk teman makan nasi.
Di kota Sakai (Prefektur Osaka), Jepang, yang dikenal sebagai pusat perajin benda tajam, permukaan kombu diserut setelah sebelumnya direndam dengan campuran cuka dan gula. Produk akhir serutan tipis kombu yang berwarna putih krem disebut oboro kombu yang rasanya sedikit asin dan manis. Oboro kombu digunakan sebagai penyedap berbagai jenis masakan Jepang yang berupa sup bening, ditaburkan di atas udon, atau sebagai pembungkus onigiri dan baterazushi. Serutan bagian hitam kombu yang banyak terkena campuran cuka dan gula disebut kuroi oboro. Serutan bagian dalam kombu yang cuma sedikit terkena cuka dan sering dianggap sebagai bagian terlezat disebut futo shiro oboro. Bagian inti kombu yang sudah tidak dapat diserut lagi disebut shiroita kombu dan digunakan pada oshizushi. Kombu juga diproses menjadi berbagai macam makanan olahan untuk teman makan nasi atau bahan isi onigiri. Berikut ini bermacam hasil olahan kombu di Jepang:
1) shio kombu, yaitu kombu berasa asam-asin yang dipotong persegi empat dan biasanya dinikmati sebagi teman minum teh hijau;
2) kombu tsukudani, yaitu kombu yang dimasak dengan gula, kecap asin, atau berbagai jenis bahan lainnya seperti jamur shiitake, jamur matsutake, dan ikan teri;
3) nishin (ayu) no kombu maki yaitu ikan hering atau ikan ayu yang dibungkus kombu dan dimasak cara tsukudani;
4) di Hokkaido, kombu mentah dimakan sebagai sashimi;
5) su kombu, yaitu makanan ringan berbentuk potongan-potongan kecil kombu yang diproses dengan campuran gula dan bahan-bahan lain;
6) permen kombu.
Kombu dikenal sebagai makanan yang kaya akan serat, zat besi, kalsium, dan iodium.
Selain kombu, ganggang lain yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, tidak hanya di Jepang, namun di berbagai negara di dunia yaitu:
1) Chlorella sp. (Chlorophyta) yang bermanfaat sebagai sumber makanan suplemen bergizi tinggi atau biasa digunakan untuk PST (Protein Sel Tunggal);
2) Ulva, Caulerpa, Enteromorpha (Chlorophyta) untuk sumber makanan berupa sayur;
3) Eucheuma spinosum, Gelidium sp., Gracilaria lichenoides, Agardhiella sp. (Rhodophyta) sebagai penghasil bahan serupa gelatin yang disebut agar dan karagenan yang bermanfaat untuk campuran pembuatan kue kering, pengental berbagai makanan olahan, makanan penutup, dan untuk membuat es rumput laut;
4) Laminaria, Macrocystis, Fucus vesiculosus,dan Ascophyllum sebagai penghasil algin (C6H8O6) dan alginat untuk campuran es krim, pengental makanan (sirup, cokelat, permen, saus salad, keju);
5) Macrocystis sp. sebagai bahan makanan suplemen yang kaya unsur nitrogen, natrium, fosfor, dan kalsium;
6) Rhodymenia palmata sebagai sumber makanan yang kaya akan gizi;
7) Porphyra tenerakijellum dikonsumsi sebagai lauk pauk atau makanan olahan dan sebagai pembungkus sushi atau biasa disebut nori.

Di Bidang Industri
Ganggang banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam industri. Seperti Chlorella yang dimanfaatkan dalam industri kosmetik, Eucheuma spinosum, Gelidium, Gracilaria lichenoides, dan Agardhiella yang menghasilkan agar dan karagenan dan dimanfaatkan dalam industri tekstil sebagai perekat tekstil.
Selain ganggang yang telah disebutkan tadi, masih ada pula ganggang lain yang dimanfaatkan dalam industri, yaitu ganggang keemasan (misal: diatom) yang sisa-sisa cangkangnya yang membentuk tanah diatom digunakan untuk bahan peledak, penyekat dinamit, campuran semen, bahan alat penyadap suara, bahan penggosok, bahan isolasi, bahan pembuat cat dan pernis, bahan dasar pembuatan kaca, dan dalam pembuatan saringan. Dulu, ketika piringan hitam masih digunakan, diatom ini pun digunakan untuk membuat piringan hitam. Laminaria sp. juga digunakan sebagai pengental dalam industri lem, tekstil, pelapis kertas, dan pasta gigi. Chondrus sp. digunakan sebagai bahan pembuat lem, Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa digunakan sebagai penghasil karagenan, untuk bahan penyamak kulit, bahan pembuat krim, dan obat pencuci rambut (shampoo).
Baru-baru ini ditemukan pula manfaat ganggang sebagai bahan bakar. Seorang peneliti Indonesia, Mujizat Kawaroe, menemukan bahwa mikroalga yang melimpah di laut mengandung senyawa dasar pembentuk bahan bakar, blue energy yang sebenarnya. Mujizat menemukan bahwa dalam salah satu lipid mikroalga ini ternyata terdapat hidrokarbon, senyawa dasar pembentuk bahan bakar. Kandungan lipid dalam mikroalga diketahui 20 persen, namun dapat ditingkatkan menjadi 50 persen melalui rekayasa genetik.
Protista fotosintetik yang dapat dijadikan bahan bakar ini yaitu Chrysophyta dan Chlorophyta. Cyanophyta atau ganggang hijau-biru yang merupakan anggota kingdom Monera bersama bakteri pun dapat dijadikan sumber bahan bakar bioenergi. Tetapi di sini hanya akan dibahas mengenai ganggang yang merupakan protista.
Spesies yang memiliki potensi terbesar yaitu dari genus Chlorella dan Dunaliella yang memiliki kandungan lemak tinggi, adaptif terhadap perubahan lingkungan, dan cepat laju pertumbuhannya. Chlorella memiliki kandungan lemak 14–22 persen dan karbohidrat 17 persen. Dunaliella memiliki kandungan lemak 6 persen dan karbohidrat 32 persen. Dalam penelitian lain diketahui bahwa minyak mentah mikroalga (crude alga oil) ternyata mengandung isochrysis galbana 20–35 persen dan nano-chloropsis oculata 31–68 persen.
Proses pembuatan mikroalga tidaklah terlalu sulit. Langkah awal yang dilakukan adalah identifikasi dan isolasi mikroalga, kemudian dilakukan pengembangbiakan (kultivasi) selama 7–10 hari dan setelah itu dapat dilakukan pemanenan. Selanjutnya, mikroalga disaring, dikeringkan, dan diekstraksi menggunakan pelarut hexan atau diethyl ether untuk menghasilkan natan. Tahap berikutnya dilakukan pemurnian dan esterifikasi untuk mengurai lemak menjadi hidrokarbon. Dalam 1 ton air kultivasi dapat dipanen 1 liter natan, dari 1 liter ini bisa dihasilkan 150 gram alga bioenergi atau jika digunakan untuk proses pembuatan ekstrak akan didapat 22 mililiter minyak. Jika diproses lagi,hasil ekstrak ini setara dengan 200 mililiter. Biaya yang dibutuhkan pun cukup murah, hanya mulai dari 2.000 rupiah untuk menghasilkan 1 liter natan. Hasil penelitian yang sangat menjanjikan bagi dunia perindustrian dan bisnis ini masih dikembangkan lagi untuk dapat menghasilkan bioenergi yang benar-benar dapat digunakan secara global.

Di Bidang Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, protista fotosintetik telah dikenal memiliki berbagai khasiat dan digunakan dalam pembuatan berbagai obat-obatan. Misalnya Chlorella yang telah diketahui mengandung klorofil 2–3 persen dari beratnya, protein 55–60 persen, vitamin C, vitamin E, kalsium, kalium, dan magnesium serta berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, memperbaiki pencernaan, mendorong pertumbuhan bakteri yang bermanfaat dalam usus, menanggulangi sembelit, mencegah sakit maag, dan mencegah tumor. Ada pula Porphyra tenerakijellum yang bermanfaat untuk suplemen kesehatan, Laminaria digitalis dan Macrocystis pyrifera sebagai penghasil iodium untuk mengobati penyakit gondok, Laminaria sp. sebagai bahan pembuatan pil, tablet antibiotik, dan salep, Eucheuma spinosum, Gelidium, Gracillaria lichenoides, Agardhiella sebagai obat pencahar (laksatif), dan Dunaliella sp. yang digunakan sebagai sumber beta-karoten yang bermanfaat untuk mencegah berbagai kanker termasuk kanker paru-paru. Kombu yang berasal dari Laminaria japonica memiliki kandungan serat, zat besi, kalsium dan iodium yang cukup tinggi serta konon dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan mencegah diabetes melitus.

Di Bidang Lainnya
Di bidang pertanian, Laminaria sp. digunakan untuk pupuk pertanian. Spirogyra dan Chara braunii dalam bidang sains digunakan sebagai bahan percobaan fotosintesis, sedangkan beberapa ganggang merah seperti Eucheuma spinosum dan Agardhiella digunakan sebagai dasar pembentukan gel untuk media biakan mikrobiologis serta fase padat pada elektroforesis gel.
Dalam budidaya ternak, Laminaria lavaniea digunakan untuk makanan ternak karena banyak mengandung kalium. Di California, Macrocystis pyrifera atau kelp dipanen untuk memberi makan kerang abalone yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat. Di Indonesia sendiri ganggang jenis Gracilaria sp. yang digunakan untuk memberi makan kerang abalone yang banyak dibudidayakan masyarakat Nusa Tenggara Barat.
Dalam bidang ekonomi, ganggang memegang peranan yang cukup penting, terutama bagi masyarakat pesisir dan negara-negara kepulauan yang memiliki daerah laut lebih luas dibanding wilayah daratannya. Masyarakat yang demikian banyak membudidayakan ganggang maupun memanfaatkannya untuk makanan berbagai hewan budidaya mereka. Melihat sekian banyaknya manfaat ganggang di bidang industri dan pangan, sekiranya cukuplah bukti dan alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa peranan ganggang cukup besar di bidang ekonomi. Selengkapnya...

Kerugian Akibat Algae


Segala sesuatu di dunia ini pastilah tidak sempurna, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu pula dengan protista fotosintetik. Ia memiliki banyak sekali manfaat, namun tak pelak ia pun dapat menimbulkan beberapa kerugian bagi makhluk hidup lainnya, termasuk manusia.
Ganggang api atau sering disebut sebagai Dinoflagelata sering menyebabkan red tide atau berubahnya air laut menjadi berwarna kemerahan jika saat itu konsentrasi ganggang api mencapai 6–8 juta sel dalam satu liter air laut (terjadi blooming algae). Beberapa spesies ganggang api yang menyebabkan red tide menghasilkan toksin (racun) yang dapat membunuh ikan dan hewan laut di sekitarnya.
Peningkatan konsentrasi toksin yang dihasilkan ganggang api ini dikelompokkan dalam tiga kategori:
1) peningkatan konsentrasi (blooming) yang membunuh banyak ikan tapi hanya membunuh beberapa invertebrata;
2) peningkatan konsentrasi (blooming) yang membunuh invertebrata primer;
3) peningkatan konsentrasi (blooming) yang membunuh beberapa organisme laut, tetapi toksin tersebut terkonsentrasi dalam sifon, kelenjar pencernaan, atau cangkang moluska bivalvia seperti tiram mutiara, kerang, dan scallop yang menyebabkan paralytic shellfish poisoning (PSP).
Contoh ganggang api yang menyebabkan banyak kasus keracunan makanan laut yaitu Gymnoidium breve yang menghasilkan neurotoksin (racun bagi saraf), Gambierdiscus toxicus yang menghasilkan ciguatoksin, dan Gonyaulax catenella, penyebab utama dan paling berbahaya dari PSP di pantai Pasifik Amerika Utara yang menghasilkan saksitoksin yang 100.000 kali lebih mematikan daripada kokain. Ada pula Pfiesteria piscicida yang toksinnya membuat ikan menjadi kaku dan kemudian ia akan memakan cairan tubuh mangsanya.
Semua ganggang tersebut di atas, telah banyak menyebabkan kematian ikan dan invertebrata laut secara besar-besaran yang menimbulkan kerugian bagi para nelayan khususnya, juga berdampak mematikan bagi manusia yang tak sengaja teracuni ikan atau invertebrata yang tercemar tersebut. Seperti kasus red tide di laut Salton, California Selatan yang menyebabkan matinya 150 ribu ekor burung penyelam dan 5.000 ekor burung pelikan cokelat. Orang-orang yang makan makanan laut yang tercemar toksin tersebut akan mengalami kerusakan otak.
Selain menyebabkan keracunan, ganggang (tak hanya ganggang api) pun dapat mengotori perairan jika terjadi pertumbuhan secara besar-besaran atau blooming. Semisal blooming alga hijau di suatu sungai yang mengakibatkan air sungai tersebut tak lagi layak untuk dikonsumsi. Blooming algae yang terjadi di laut maupun pantai juga menyebabkan air laut kotor dan merusak keindahan laut atau pantai tersebut. Beberapa jenis ganggang hijau pun dapat menyebabkan pelapukan pada tembok yang lembab dan menyebabkan bangunan menjadi lapuk akibat pertumbuhan ganggang di bangunan atau tembok tersebut. Ganggang hijau jenis yang lain pun ada yang hidup menumpang di tubuh hewan sebagai parasit dan tentu menimbulkan kerugian bagi hewan inangnya. Selengkapnya...

Protista Fotosintetik dalam Kehidupan Sehari-Hari

Habitat dan Cara Hidup
Protista fotosintetik sering sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya, ganggang kita temui di daerah berair atau lembab dan di daerah perairan seperti laut, sungai, danau, atau teluk. Terkadang kita juga bisa menemukan ganggang tertentu di genangan air atau bahkan di kolam kamar mandi kita dan akuarium yang belum sempat dibersihkan. Namun umumnya jenis ganggang yang kita temukan di genangan air, di sawah, di air kolam, dan akuarium, merupakan ganggang mikro (mikroalga) dan sebagian besar merupakan ganggang uniseluler.
Protista fotosintetik ada yang hidup secara autotrof maupun heterotrof. Hidup secara autotrof artinya ia mampu memanfaatkan bahan anorganik dan cahaya matahari untuk menghasilkan zat organik sebagai makanannya, seperti pada tumbuhan. Protista fotosintetik dapat hidup dengan cara demikian dikarenakan memiliki pigmen fotosintesis (seperti yang telah dijelaskan dalam bab 2) sehingga ia dapat melakukan fotosintesis. Hidup secara heterotrof artinya ia memperoleh makanannya dari organisme lain. Walaupun ganggang memiliki klorofil maupun pigmen fotosintesis lain yang menyebabkan ganggang tersebut dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanannya, namun pada beberapa jenis protista fotosintetik, mereka mengalami siklus hidup di mana ada saatnya mereka menjadi organisme heterotrof ddengan menjadi parasit bagi makhluk hidup lainnya dan ada saat di mana mereka harus menggunakan klorofilnya untuk berfotosintesis serta memperoleh makanan. Hal ini dipengaruhi fase pertumbuhan pada siklus hidupnya maupun disebabkan pengaruh lingkungan.
Untuk mengetahui lebih jelasnya, beberapa sub-bab di bawah ini akan menjelaskan tentang habitat dan cara hidup berbagai protista fotosintetik berdasarkan kelompoknya dalam sistem klasifikasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

§ Habitat dan Cara Hidup Euglenoid (Euglenophyta)
Euglenoid atau Euglenophyta hidup di perairan tawar, misalnya di kolam dan danau. Selain itu, ia dapat pula ditemukan di sawah, tanah basah dan tempat-tempat lembab.
Euglenoid dapat hidup dengan dua cara yaitu dengan cara melakukan aktivitas fotosintesis dan dengan memakan bahan organik yang tersedia di lingkungan sehingga ia disebut makhluk hidup fotoautotrof sekaligus heterotrof (miksotrof). Euglenoid, contohnya Euglena, hidup secara heterotrof dengan cara menyerap nutrien organik dari lingkungannya pada saat ia ditempatkan di tempat gelap. Namun beberapa spesies yang berkerabat dengan Euglena tidak memiliki kloroplas dan menelan makanan dengan cara fagositosis (Campbell, 2003: 126).
§ Habitat dan Cara Hidup Chrysophyta
Ganggang keemasan sebagian hidup di air tawar, meskipun ada yang di laut. Selain itu ia dapat ditemukan di tempat-tempat basah maupun di tanah yang lembab, misalnya di sawah, got, atau parit.
Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat mensintesis makanan sendiri dengan memanfaatkan klorofilnya untuk berfotosintesis. Namun beberapa spesies adalah miksotrofik, yang menyerap senyawa organik yang terlarut atau menjulurkan pseudopodianya untuk menelan partikel makanan dan bakteri (Campbell, 2003: 141).

§ Habitat dan Cara Hidup Phaeophyta
Ganggang cokelat hampir semuanya hidup di laut, daerah sekitar pantai, atau daerah pasang surut. Namun alga ini khususnya sangat umum terdapat di sepanjang perairan pantai daerah beriklim sedang, yang airnya sejuk. Ganggang cokelat ada yang mengapung dan ada yang melekat pada karang atau batuan.
Phaeophyta hidup secara fotoautotrof. Fotosintesis terjadi di bagian yang mirip dengan daun tumbuhan tingkat tinggi, yang disebut blade. Hasil fotosintesis kemudian ditransportasikan ke bagian ganggang yang menyerupai batang tumbuhan tingkat tinggi, yang disebut stipe.
§ Habitat dan Cara Hidup Pyrrhophyta
Ganggang api kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil di perairan tawar. Ia dikenal sebagai penyusun utama fitoplankton di laut maupun di perairan tawar.
Sejumlah ganggang api, dalam hal ini dinoflagelata, hidup sebagai simbion mutualistik dengan hewan yang disebut cnidaria (ubur-ubur sengat) yang membangun terumbu karang. Ganggang api ada yang hidup secara fotoautotrof dan ada yang hidup secara heterotrof parasitik. Sejumlah dinoflagelata heterotrofik, seperti Pfiesteria piscicida, dapat menjadi autotrofik untuk sementara waktu dengan cara mengekstraksi kloroplas dari protista fotosintetik (Campbell, 2003: 132-133).
§ Habitat dan Cara Hidup Rhodophyta
Sebagian besar alga merah hidup di laut, khususnya di laut tropika. Sebagian kecil hidup da air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak mengandung oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah ada yang hidup di laut tropika dalam, bahkan mencapai kedalaman 200 m. Contoh alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam yaitu Gelidium dan Gracillaria, sedangkan Euchema spinosum menyukai laut dangkal.
Alga merah umumnya bersifat autotrof, namun ada pula yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada alga merah lain.
§ Habitat dan Cara Hidup Chlorophyta
Chlorophyta sebagian besar hidup di air laut dan hanya sebagian kecil yang hidup di air tawar. Selain itu, Chlorophyta ada yang hidup melekat pada tanah yang basah, tembok yang lembab, pada batang tumbuhan lain bahkan juga ada yang hidup melekat pada tubuh hewan.
Ganggang hijau hidup secara autotrof. Namun ada pula yang bersimbiosis dengan organisme lain, misalnya dengan jamur membentuk lumut kerak atau lichen. Selengkapnya...